Senin, 02 Januari 2012

Lima Puluh Tahun Paroki Renha Rosari Halehebing: Kepatuhan dan Rendah Hati, Kunci Kesuksesan



http://www.ucanews.com/2012/01/05/fifty-years-of-enjoying-the-simple-life/



Misa konselebrasi dipimpin Uskup Kherubim, SVD.

MENDUNG mengatapi bumi Paroki Halehebing di kecamatan Mapitara, Flores, tatkala iring-iringan kendaraan rombongan Uskup Maumere Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, SVD dan Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang menapaki tanah Hebing.  Sesaat kemudian terdengar musik Gong Gendang bertalu merdu tanda rombongan yang dinanti sejak pagi itu memasuki pelataran Gereja Paroki  Renha Rosari Halehebing. Terlihat enam orang ibu dari stasi  Lere mementas tari Papak menjemput rombongan persis di depan gapura.

Dari pelataran pastoran, datang dua wanita usia sebaya berjalan beriringan menuju gapura penjemputan rombongan.  Mereka berpakaian adat lengkap khas orang Halehebing itu menanti rombongan persis di pintu gapura penjemputan.

Para tamu diterima dengan pengalungan selendang kain tenun ikat setempat yaitu kepada Uskup Kherubim,  Bupati  Mitang dan Wakil Ketua DPRD Sikka Drs. Feliks Wodon. Ketua panitia Simon Subsidi, S.Sos mempersilakan para tamu menuju pendopo pastoran paroki Halehebing, tepat pkl. 09.00 Wita. Sesudah istirahat beberapa waktu, perayaan misa mulia dimulai dengan perakan berawal dari pendopo pastoran menuju gereja.  

Uskup Kherubim bersama para imam konselebran, Rm. Yohanes Berchmans Bajo, Pr (pastor paroki Halehebing),  P.Hubertus Thomas Hasulie, SVD (imam sulung paroki Halehebing) dan  Rm. Rikardus Muga Buku, Pr (Sekretaris Uskup Maumere) berarak menuju altar kudus dihantar dengan tarian Papak oleh anak-anak SDK (Sekolah Dasar Katolik)  Watubaler.

Misa syukur perayaan HUT Emas Paroki Halehebing itu dimulai tepat Pkl. 09.30 Wita sesuai rencana pada Hari Minggu adven ke empat, tanggal 18 Desember 2011. Sengaja direncanakan demikian oleh panitia sebab perhitungan waktu perjalanan rombongan Uskup dari kota Maumere kurang-lebih dua  jam menempuh jarak 75 KM menuju Halehebing melintasi kondisi jalan yang sebagian sudah rusak parah karena dikerjakan oleh kontraktor yang asal-asalan.     

Di hadapan ribuan umat paroki Halehebing yang memadati ruangan gereja hingga tenda-tenda yang di luar gereja itu, Uskup Kherubim dalam khotbahnya mengatakan bacaan-bacaan hari ini baik bacaan pertama maupun bacaan Injil mengungkapkan tema yang sama yaitu kepatuhan kepada Tuhan melalui tokoh Raja Daud dan Santa Maria. Daud sebagai seorang raja yang sangat berhasil dalam kepemimpinnya juga terkenal kaya raya. Beliau berniat mendirikan kenisah Allah di Yerusalem namun niat yang disampaikan melalui Nabi Nathan penasehatnya itu ditolak oleh Tuhan sendiri melalui nubuatNya kepada Nathan. Sebagai seorang raja dia bisa saja menolak kehendak Allah namun karena kepatuhan dan kerendahan hati Daud maka ia menuruti kehendak Allah. Sementara Santa Maria yang menjadi pelindung paroki ini, adalah sosok pribadi  sederhana yang sangat rendah hati, yang berasal dari kampung terpencil Nasareth tetapi dia menjadi besar di mata Tuhan.   Kebesaran Maria di hadapan Allah adalah berkat ketaatannya kepada Allah. 

Uskup Kherubim menegaskan bahwa Paroki Renha Rosari ini sudah  lima puluh tahun berjalan   meski terletak di wilayah yang jauh dan terpencil dari keramaian kota Maumere.  Dalam membangun gereja ini  umat telah  patuh dan taat serta juga berhasrat kuat untuk membangun gerejanya. Keterpencilan bukan menjadi alasan, dan karena kepatuhan pada kehendak Allah maka umat dapat berkembang dari waktu ke waktu selama 50 tahun ini.

Bagi para pemimpin di walayah Paroki Renha Rosari Halehebing, Uskup mengingatkan mereka harus yakin bahwa semuanya adalah karena kehendak Tuhan. Kita harus dengar suara Tuhan untuk membangun gereja ini.  Selain itu, imam-imam dari paroki ini juga masih sangat kurang karena itu semoga lima puluh tahun ke depan akan ada lebih banyak imam berasal dari paroki ini.  

Uskup Maumere mengatakan mendukung sepenuhnya usaha umat untuk merenovasi gedung gereja paroki. Tetapi untuk meningkatkan kehidupan umat di sini hanya melalui pendidikan dan ketrampilan. Uskup menyampaikan rencana bahwa pada tahun 2014 keuskupan Meumere akan mendirikan politeknik di Maumere bekerja sama dengan ATMI Solo. Tujuannya supaya teknologi masuk Maumere yang dimulai dengan teknik mesin, agrobisnis dan pariwisata.

Uskup Kherubim, SVD didampingi Bupati Mitang 
memotong kue ulang tahun ke 50 Gereja Renha Rosari
Perayaan HUT Emas yang disatukan dengan  peletakan batu pertama renovasi gereja paroki Renha Rosari Halehebing oleh Uskup Maumere itu dihadiri pula oleh para pejabat pemerintah, para rohaniwan-rohaniwati dan ribuan umat. Koor yang memeriahkan pesta emas ini dari Lingkungan Hale, tarian dan musik dari umat stasi Lere. Acara ini ditutup dengan penyerahan hadiah lomba kuis kitab suci yang diikuti oleh para murid sekolah dasar dan pelajar SLTP  sewilayah paroki Renha Rosari Halehebing.
Simon Subsidi, S.Sos



Dibangun di atas Penderitaan Rakyat
Ketua Panitia Simon Subsidi, S.Sos, putera Halehebing yang kini kepala BPMD Sikka mengatakan, gereja paroki ini dibangun pada tahun 1961 oleh Pater Antonius van Stiphout, SVD. Paroki ini mencakupi wilayah kampung Doreng, Umatawu, Natakoli, Galit, Lere, Hebing, Hale dan Glak.

Menurut Simon, gereja ini dibangun di atas penderitaan rakyat karena melalui swadaya umat semua kebutuhan bahan bangunan dibawa dari Bola dan Waigete juga di pantai pelabuhan sederhana Liat. Semua dilakukan umat dengan iklhas dan sukacita, dengan membawa bahan-bahan bangunan sambil berjalan kaki. Karena pada masa 50 tahun lalu itu, belum ada jalan raya dan kendaraan darat.
http://penaindonesia.net/umat-terpencil-berkembang-karena-patuh-dan-rendah-hati/
Selain pastor paroki van Stiphout yang membangun gereja tersebut, sejumlah tokoh yang sangat berperan adalah Kapitan Andreas Leo sebagai Kepala pemerintahan pada Gementee Doreng yang meliputi wilayah Glak, Hale, Hebing, Galit, Natakoli, Wolomotong, Umatawu, Doreng, Hebar, Hepang, Magetlegar serta Kloangpopot bersama para Kepala Kampung dari wilayah  Gementee Doreng pada masa itu. Mereka inilah yang mengerahkan massa rakyat untuk bekerja sama, gotong royong tanpa mengharapkan imbalan jasa, dengan mengangkut bahan-bahan bangunan dari Bola, Waigete dan Toan Liat dengan memikul dan berjalan kaki. Berkat kerja sama itulah, akhirnya gereja Renha Rosari dapat berdiri kokoh hingga usia 50 tahun ini. Tokoh lain adalah para guru-guru kepala sekolah seperti bapak guru Sinyoluis da Rato, kepala SRK Hebing di Watubaler, yang mengerahkan murid-murid untuk membantu mengangkat pasir dan batu pada hari Sabtu untuk pembangunan gereja. Bapak guru Sinyoluis dan Kapitan Leo seringkali juga tampil berbicara di mimbar gereja pada ibadah hari Minggu untuk mengerahkan umat dan rakyat dalam kerja bakti membangun gereja, ketika pastor sedang bepergian ke kota Maumere atau Kewapante.

Dalam usia 50 tahun ini, gedung gereja paroki ini semakin tua dan kusam dan tidak dapat lagi menampung jumlah umat yang terus bertambah. Ketika dibangun gedung gereja ini dipersiapkan untuk menampung umat yang jumlahnya kurang-lebih 2000 orang. Tetapi sekarang ini jumlah umat sudah mencapai 9000 orang sehingga gereja semakin tidak mampu untuk menampung umat pada hari kebaktian.

Meskipun gedung gereja ini belum direnovasi namun, menurut Simon, acara pesta ini tetap dilaksanakan untuk mengenang dan merayakan genap 50 tahun usia paroki Renha Rosari Halehebing.

Wilayah Halehebing khususnya dan kecamatan Mapitara umumnya memang sangat terpencil namun mengandung berbagai potensi alam yang menjanjikan, yakni di Hale terdapat air terjun dengan ketinggian hingga ratusan meter dan di kaki lereng selatan Gunung Egon terdapat mata air panas yang memiliki debit besar seperti sungai. “Kalau potensi ini dikembangkan, maka Halehebing khususnya dan kecamatan Mapitara umumnya akan dapat berkembang dan kualitas kehidupan masyarakat dan umat kami akan meningkat,”ujar Simon.
 
Drs. Kristo Blasin
Sementara itu Drs. Kristo Blasin, anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengajak umat paroki Halehebing untuk menjadikan kesempatan itu sebagai titika awal untuk merenovasi bukan hanya gedung gereja tetapi juga keimanan dan mentalitas mereka. “Renovasi keimanan butuh kerja sama kita semua, baik gereja maupun pemerintah. Pada hari ini juga kita harus berterima kasih kepada penolong para tokoh zaman dahulu yang telah mengembangkan gereja di wilayah ini,” katanya.

Sekitar 60 sampai 70 tahun lalu, wilayah ini dilayani oleh pastor paroki di Bola, diantaranya Pater Gietmann, SVD yang secara terbatas mengunjungi umat di sini. Untuk pembinaan iman umat, diangkatlah tokoh-tokoh awam yang disebut Penolong untuk mengajarkan agama dan membimbing umat. Mereka ini bekerja sama dengan para guru yang biasanya memimpin kebaktian di gereja pada hari Minggu dan hari-hari raya tanpa kehadiran imam.

Di antara para Penolong itu dapat disebutkan di Hale misalnya adalah Penolong Dominikus Delang dan kemudian juga Penolong Kanisius Kelan. Di Hebing ada tokoh adat/tokoh masyarakat yang juga sebagai Penolong yaitu Davrius Jarang, ayahanda dari Kapitan Andreas Leo dimana selain menyebarkan agama Katolik di Hebing juga menyumbang tanahnya untuk dibangun gereja Renha Rosari .Sedangkan di Natakoli ada Penolong Riong dan di Glak ada Penolong Nurak. Masih perlu disebutkan pula para guru, khususnya kepala sekolah Hebing Bapak Guru Sinyoluis da Rato dan kepala sekolah Natakoli, Bapak Guru A. B. Bang, ayahanda dari Pater Hubert Thomas Hasulie, SVD. Mereka inilah yang selalu memimpin ibadah di gereja atau kapel pada hari Minggu dan hari-hari raya keagamaan selama bertahun atau berbulan-bulan tak ada kunjungan seorang imam.

Drs. Sosimus Mitang
Pada gilirannya Bupati Sikka Drs. Sosimus Mitang) mengatakan, ia juga ikut umat di sini dalam gerakan GESER. Saya bantu Rp. 50 juta untuk pembangunan paroki ini supaya lebih maju. Saya salut dengan keberanian umat ini yang sudah sangat luar biasa. Membangun paroki ini harus dengan prinsip kepatuhan (tepo wa himo li’ar). Sarana akses jalan menuju wilayah paroki ini sudah bagus. Saya mengharapkan semua di sini bersatu untuk membangun paroki ini ke depan. 

Mencontoh cara hidup Jemaat Perdana 
Pastor Paroki Renha Rosari Halehebing Romo Yohanes Berkhmans Bajo, Pr mengemukakan bahwa secara Gerejani, paroki ini terdiri dari 5 Stasi, 17 Lingkungan dan 46 Komunitas Umat Basis  dengan jumlah umat 9.000 jiwa. Dalam hal panggilan hidup membiara, Tuhan dengan caranya tetap menyentuh hati setiap pemuda dan anak-anak yang mau mengikuti panggilan Tuhan untuk menjadi imam maupun biarawan-biarawati. Saat ini tercatat 2  orang Imam, 10 Suster, 6  orang Calon Suster, 3 orang Frater, 1 orang    Frater   BHK dan 7 Seminarist.
Rm. John Bajo, Pr
Pastor John Bajo mengharapkan bahwa dengan adanya perubahan sistem berparoki ini maka akan terwujud Komunitas Umat Basis (KUB) sebagai komunitas iman, harap, kasih yang hidup dari Sabda dan sakramen, mandiri, integratif, partisipatif dan transformatif.   Cita-cita itu  dapat terwujud dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan, yang mencakup adanya persekutuan dengan model komunitas trinitaris, mencontohi cara hidup umat Gereja Perdana. Meningkatnya  penghayatan akan Sabda, penghayatan akan sakramen-sakramen, terciptanya kemandirian dalam bidang personal, finansial, dan spiritual. Selain itu adanya keseimbangan antara ibadah dan perjuangan kemasyarakatan, peran serta umat dalam pelaksanaan tritugas Kristus: mewartakan, menguduskan, dan menggembalakan. Umat juga harus dapat merintis dan memprakarsai perubahan-perubahan (diri, kondisi kehidupan & lingkungan hidup) menuju habitus baru.
Bernadus Baba
Sementara itu Bernadus Baba, tokoh umat dan Kepala SMP Lero Hae, Halehebing mengatakan bahwa paroki ini memilik cukup banyak potensi umat yang harus digali dan dikembangkan. Pendekatan para agen pastoral kepada umat harus ditingkatkan agar umat tergerak untuk berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan gerejani. Umat harus didekati dengan kontak-kontak pribadi dan kelompok seperti kunjungan ke rumah-rumah umat serta melakukan hal-hal yang dapat menyentuh kebutuhan mereka. Dengan demikian umat akan merasa memiliki Gereja dan berpartisipasi dalam setiap denyut nadi kehidupan Gereja. 
(Ans Gregory da Iry di Sydney dan Farida Denura di Jakarta, berdasarkan laporan langsung Stef Sumandi  dari Halehebing, Flores).
Berita terkait:
http://www.cathnewsindonesia.com/2011/12/30/50-tahun-paroki-soroti-kepatuhan-dan-rendah-hati/
 
   

4 komentar:

  1. Terima kasih sudah posting berita ini. Berita ini juga bisa dibaca di Cathnews Indonesia, edisi 31 Desember 2011 cari di judul: HUT Paroki.
    Salam hangat dari Sydney.

    BalasHapus
  2. Terima kasih juga kaka mengunjungi situs komunitas kita. Berita yang sama, saya email juga ke: Majalah HIDUP, Majalah Narwastu, Tabloid Sabda, nttonlinews.com, florenews.com, Flores Pos. Semoga Pesta Emas Paroki kita dibaca banyak orang dan terpenting adalah mereka tergerak untuk sumbangan kasih renovasi gereja. Akan saya publish artikel khusus tentang Profil Paroki Renha Rosari Hale Hebing. Salam kasih dari kami di Jakarta dan sekitarnya.

    BalasHapus
  3. Terima kasih....
    50 TAHUN PAROKI RRH2....
    DAMAI DAN SEJAHTERA BUAT PAROKI INI
    SEMOGA KASIH TUHAN YESUS DAN BUNDA MARIA SELALU SEMUA UMAT DI PAROKI INI.
    MARI KITA MEMBANGUN PAROKI KITA
    DENGAN CARA KITA MASING-MASING,
    JANGAN MENUNGGU DAN HANYA MELIHAT DARI JAUH

    TERIMA KASIH
    SALAM SEJAHTERA
    UNTUK SEMUANYA

    BalasHapus
  4. Salam hangat dan profesiat untuk umat paroki Halehebing atas pesta syukur 50 tahun paroki Halehebing. Ini adalah sebuah rahmat besar bagi semua komponen agama katolik: baik umat beriman maupun klerus untuk merefleksikan diri dalam rangka membangun kehidupan beriman yang lebih baik ke depan. Semoga sejarah paroki ini yang berisi karya besar ALLAH TRITUNGGAL YANG MAHAKUDUS akan dapat hidup terus bukan hanya 1000 tahun lagi namun untuk waktu yang abadi. Semoga kita selalu dalam rahmat dan berkat Allah Tritunggal Yang Maha Kudus. Selamat berbahagia, buatmu semua...!! Blasius Mengkaka da Iry, S.Fil (Putera Pedat/Halehebing, kelahiran Belu, NTT)

    BalasHapus