Istri orang Mapitara dari Nias-Jawa-Batak |
Komunitas Mapitara sejak dahulu kala, sebagian kaum prianya memilih kawin campur dengan wanita suku lain. Pertanda, komunitas ini merupakan komunitas terbuka akan perubahan, terbuka menerima tradisi, kebiasaan yang dibawa oleh pasangan. Singkatnya komunitas ini sangat fleksibel.
Zaman dulu para orang tua, leluhur biasanya menikah dengan perempuan-perempuan asal kampung Sikka-Lela maupun Bola. Begitu banyak Bapak-bapak Guru dan birokrat lainnya asal komunitas ini menikah dengan perempuan asal suku itu. Sebut saja Guru Elias Mema (Istri -Bola-Sikka), Guru Andreas (alm) istri-- Puho-Lela, Guru Petrus Maros (Istri--Sikka), Guru A.B. Bang (Istri--Lela-Sikka), Guru Don, Natakoli (Istri--Sikka), Mo'at Kapitan Andreas Leo (Istri--Sikka-Bola), dan masih banyak lagi seperti dengan orang Bajawa, Manggarai dan suku lainnya di Flores-NTT.
Itu dulu, sekarang kawin campur itu menjadi lebih luas lagi yakni para pria yang umumnya tinggal di perantauan memilih menikah dengan perempuan asal Jawa Tengah, Nias, Batak, bahkan Toraja dan Sulsel lainnya.
Komunitas ini menjadi semakin beragam. Keturunannya pun menjadi blasteran suku-suku tersebut.
Lihat saja pada gambar di atas pada acara kumpul bermakna yang ditandai dengan arisan, ibu-ibu ini berasal dari tanah Jawa, Batak, Nias, melebur bersama kami dari Komunitas Mapitara. Kompak!
Arisan ini juga merupakan pengikat yang akan dikembangkan sebagai cikal bakal dana SOS membantu anak muda yang akan melanjutkan studi. Hidup ibu-ibu!
Zaman dulu para orang tua, leluhur biasanya menikah dengan perempuan-perempuan asal kampung Sikka-Lela maupun Bola. Begitu banyak Bapak-bapak Guru dan birokrat lainnya asal komunitas ini menikah dengan perempuan asal suku itu. Sebut saja Guru Elias Mema (Istri -Bola-Sikka), Guru Andreas (alm) istri-- Puho-Lela, Guru Petrus Maros (Istri--Sikka), Guru A.B. Bang (Istri--Lela-Sikka), Guru Don, Natakoli (Istri--Sikka), Mo'at Kapitan Andreas Leo (Istri--Sikka-Bola), dan masih banyak lagi seperti dengan orang Bajawa, Manggarai dan suku lainnya di Flores-NTT.
Rudy & Lase Sabarwati |
Komunitas ini menjadi semakin beragam. Keturunannya pun menjadi blasteran suku-suku tersebut.
Lihat saja pada gambar di atas pada acara kumpul bermakna yang ditandai dengan arisan, ibu-ibu ini berasal dari tanah Jawa, Batak, Nias, melebur bersama kami dari Komunitas Mapitara. Kompak!
Arisan ini juga merupakan pengikat yang akan dikembangkan sebagai cikal bakal dana SOS membantu anak muda yang akan melanjutkan studi. Hidup ibu-ibu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar