Watukrus Bola-[Foto by: Fransisca Kandida Pehang] |
Jalannya berkelok-kelok. Melintas di antara perbukitan yang curam dan terjal dengan tingkat kemiringan 30 derajat. Di sekeliling perbukitan yang menantang itu, tampak panorama alam yang menggoda. Aroma buah kakao, kopi, nangka, dan wangi bunga kemiri yang akrab mengantar pecinta menuju surganya dunia.
Begitulah perjalanan menuju Kecamatan Bola, salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sikka, provinsi Nusa Tenggara Timur. Jarak Bola, ibukota Kecamatan Bola dengan Maumere ibukota Kabupaten Sikka adalah 26 km atau hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai kesana.
Kecamatan Bola, memiliki kekayaan wisata yang menarik dan unik. Wisata alam, budaya dan seni terpatri nyata. Karena letaknya di pantai selatan Maumere, Kabupaten Sikka, tidaklah mengherankan jika Kecamatan Bola menawarkan keaslian pantai yang menakjubkan.
Di Desa Ipir, kita semua akan tercengang menyaksikan deburan ombak berirama lembut. Kita dapat menikmati sambil tidur-tiduran di pantai dan menanti berpulangan surya keperaduan. Bila berada di hamparan pasir Pantai Ipir, rasanya enggan untuk cepat-cepat berangkat pulang.
Sengatan matahari yang membakar tubuh di Pantai Ipir akan kembali disegarkan oleh Pantai Baluk (Nuba Baluk) dan dinginnya Wair Baluk (Sumur Tua). Kekhasan Nuba Baluk adalah ombaknya yang terus bergulung berbusa busa putih. Di tengah busa putih dan ombak itulah tertanam salib setinggi 3 meter, yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Watu krus atau dalam bahasa Indonesia di sebut Batu Salib.
Watukrus memiliki hubungan erat dengan perjalanan misionaris Portugis saat melintas dan membawa misi penyebaran agama Katolik di wilayah Indonesia Timur. Pada tahun 1660-an, Fransiskus Xaverius dan Dominikus memasuki wilayah ini dan menancapkan salib di atas batu karang yang berada di bibir pantai Nuba Baluk. Penancapan salib tersebut sebagai bukti bahwa wilayah ini telah dibaptis Katolik dan telah menjadi suci.
Sedangkan Wair Baluk merupakan sumur tua yang digali oleh misionaris Portugis. Konon menurut cerita turun temurun, masyarakat sekitar, Wair Baluk digali dengan menggunakan tongkat Fransiskus Xaverius. Menariknya, walaupun berada tidak jauh dari bibir pantai Nuba Baluk (sekitar 10 meter), namun airnya tetap tawar. Kini, oleh masyarakat setempat, Wair Baluk dimanfaatkan untuk kebutuhan minum, mandi dan mencuci.
Tidak jauh dari Wair Baluk, hanya ditempuh dengan berjalan kaki, terdapat 2 buah makam misionaris Portugis, yakni makam seorang Pastor dan seorang Suster. Hingga kini, makam kedua rohaniawan Katolik ini masih dijaga dengan baik, walaupun hanya tumpukan tanah dan batu pada bagian kepala makam sebagai tanda.
Sekitar 5 kilometer ke arah barat dari Nuba Baluk, kita juga dapat menikmati keindahan pantai Waigete. Pantai ini merupakan tempat bersatunya sungai Waigete dengan pantai selatan Kabupaten Sikka. Di sekitar muara Waigete, dikelilingi panorama alam yang memikat.
Tidak hanya itu, keanekaragaman budaya dan seni Kecamatan Bola juga patut di dalami. Ada tarian Bebing dari masyarakat Desa Hokor yang jaraknya hanya 6 km dari Desa Bola. Tarian Bebing adalah tarian perang yang menampilkan gerakan-gerakan heroik dan menegangkan. Tarian Bebing biasanya dipertontonkan dalam upacara-upacara adat.
Selain itu, di seluruh wilayah Kecamatan Bola juga terdapat seni membuat tenun ikat dan proses penyulingan minuman khas masyarakat yang disebut Moke. Tenun ikat masyarakat Kecamatan Bola adalah tenun ikat yang terbuat dari bahan-bahan alam.
Sedangkan minuman khas Moke terbuat dari buah pohon lontar yang di suling. Uniknya, pembuatannya dengan cara memasak air buah lontar tersebut kemudian uap dari masakan itulah yang ditampung dan menjadi Moke.
Menikmati keindahan alam pantai selatan, keunikan budaya dan seni di Kecamatan Bola merupakan perjalanan yang menyenangkan. Pesona Watu krus di Selatan Sikka menantikan. Selamat datang, pintu terbuka untukmu, “Uhe Die Dan Hading.”[Laporan: BENTARA ONLINE/Wentho A. Eliando]
Begitulah perjalanan menuju Kecamatan Bola, salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sikka, provinsi Nusa Tenggara Timur. Jarak Bola, ibukota Kecamatan Bola dengan Maumere ibukota Kabupaten Sikka adalah 26 km atau hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai kesana.
Kecamatan Bola, memiliki kekayaan wisata yang menarik dan unik. Wisata alam, budaya dan seni terpatri nyata. Karena letaknya di pantai selatan Maumere, Kabupaten Sikka, tidaklah mengherankan jika Kecamatan Bola menawarkan keaslian pantai yang menakjubkan.
Di Desa Ipir, kita semua akan tercengang menyaksikan deburan ombak berirama lembut. Kita dapat menikmati sambil tidur-tiduran di pantai dan menanti berpulangan surya keperaduan. Bila berada di hamparan pasir Pantai Ipir, rasanya enggan untuk cepat-cepat berangkat pulang.
Sengatan matahari yang membakar tubuh di Pantai Ipir akan kembali disegarkan oleh Pantai Baluk (Nuba Baluk) dan dinginnya Wair Baluk (Sumur Tua). Kekhasan Nuba Baluk adalah ombaknya yang terus bergulung berbusa busa putih. Di tengah busa putih dan ombak itulah tertanam salib setinggi 3 meter, yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Watu krus atau dalam bahasa Indonesia di sebut Batu Salib.
Watukrus memiliki hubungan erat dengan perjalanan misionaris Portugis saat melintas dan membawa misi penyebaran agama Katolik di wilayah Indonesia Timur. Pada tahun 1660-an, Fransiskus Xaverius dan Dominikus memasuki wilayah ini dan menancapkan salib di atas batu karang yang berada di bibir pantai Nuba Baluk. Penancapan salib tersebut sebagai bukti bahwa wilayah ini telah dibaptis Katolik dan telah menjadi suci.
Sedangkan Wair Baluk merupakan sumur tua yang digali oleh misionaris Portugis. Konon menurut cerita turun temurun, masyarakat sekitar, Wair Baluk digali dengan menggunakan tongkat Fransiskus Xaverius. Menariknya, walaupun berada tidak jauh dari bibir pantai Nuba Baluk (sekitar 10 meter), namun airnya tetap tawar. Kini, oleh masyarakat setempat, Wair Baluk dimanfaatkan untuk kebutuhan minum, mandi dan mencuci.
Tidak jauh dari Wair Baluk, hanya ditempuh dengan berjalan kaki, terdapat 2 buah makam misionaris Portugis, yakni makam seorang Pastor dan seorang Suster. Hingga kini, makam kedua rohaniawan Katolik ini masih dijaga dengan baik, walaupun hanya tumpukan tanah dan batu pada bagian kepala makam sebagai tanda.
Sekitar 5 kilometer ke arah barat dari Nuba Baluk, kita juga dapat menikmati keindahan pantai Waigete. Pantai ini merupakan tempat bersatunya sungai Waigete dengan pantai selatan Kabupaten Sikka. Di sekitar muara Waigete, dikelilingi panorama alam yang memikat.
Tidak hanya itu, keanekaragaman budaya dan seni Kecamatan Bola juga patut di dalami. Ada tarian Bebing dari masyarakat Desa Hokor yang jaraknya hanya 6 km dari Desa Bola. Tarian Bebing adalah tarian perang yang menampilkan gerakan-gerakan heroik dan menegangkan. Tarian Bebing biasanya dipertontonkan dalam upacara-upacara adat.
Selain itu, di seluruh wilayah Kecamatan Bola juga terdapat seni membuat tenun ikat dan proses penyulingan minuman khas masyarakat yang disebut Moke. Tenun ikat masyarakat Kecamatan Bola adalah tenun ikat yang terbuat dari bahan-bahan alam.
Sedangkan minuman khas Moke terbuat dari buah pohon lontar yang di suling. Uniknya, pembuatannya dengan cara memasak air buah lontar tersebut kemudian uap dari masakan itulah yang ditampung dan menjadi Moke.
Menikmati keindahan alam pantai selatan, keunikan budaya dan seni di Kecamatan Bola merupakan perjalanan yang menyenangkan. Pesona Watu krus di Selatan Sikka menantikan. Selamat datang, pintu terbuka untukmu, “Uhe Die Dan Hading.”[Laporan: BENTARA ONLINE/Wentho A. Eliando]
Masa kecilku, setiap sore bersama teman-teman yg lain kami biasa berenang di sekitar Watukrus. Kami biasa bawa bakut untuk solor, alat bantu utk berenang. Seru dan menyenangkan jika pasang naik. Jika pasang surut kami biasa mengelilingi Watukrus sekedar mejeng. Masa-masa indah ketika masih tinggal di Bola.
BalasHapusHampir sebagian besar orang Katolik di Kabupaten Sikka pasti mengenal Watukrus. Apalagi kalau udah lihat fotonya. Unik, dan merupakan simbol masuknya agama Katolik yang dibawa Portugis ke Bola dan sekitarnya. Sebuah perjalanan misionaris Portugis yang kemudian menancapkan salib di batu itu.
Jadi, bukan hanya kampung Sikka dan Lela saja yang disinggahi sebagai tempat penyebaran agama Katolik.