Arisan Komunitas Mapitara Jabodetabek |
Kecil itu indah, demikian julukan yang agak pas untuk Komunitas Mapitara di Jakarta dan sekitarnya. Komunitas ini belum lama terbentuk namun berusaha untuk terus memberi makna bagi sesama komunitas. Mereka punya keinginan besar untuk membangun kampung halamannya. Ide-ide kreatif bergulir ketika mereka berkumpul secara rutin setiap beberapa bulan.
Keinginan untuk memberdayakan SDM, memberdayakan ekonomi dan pemberdayaan sosial lainnya perlahan mereka rajut bersama. Komunitas ini berprinsip: "Anda bisa, kenapa kami tidak bisa?" SDM-SDM profesional dalam bidangnya telah lahir di kampung komunitas ini berasal dan telah mengisi posisi-posisi penting baik di birokrat, politik, profesional, biarawan dan biarawati yang berada di Italia, Roma, dan lain-lain. “Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih!” Di kecamatan komunitas ini berasal pun telah menabiskan 3 biarawan. Satu di antaranya telah menyelesaikan masternya di AS dan 3 biarawati dimana satu di antaranya sedang berkarya di Filipina.
Sr. Yunince Deru |
Pater Yos Ozorio |
Di kalangan profesional (Wartawan, Pengacara, Konsultan Komunikasi, Pendidik, Birokrat, Politisi) mereka telah berkiprah dan menekuni bidangnya secara profesional. Mereka pun telah menyebar di beberapa wilayah di Indonesia maupun di luar negeri.
Sr Gustanda Iry & Sr. Yunince Deru |
Di Kabupaten Sikka, ada Bpk. Drs. Simon Subsidi yang menjabat sebagai Kepala BPM Kabupaten Sikka. Beliau juga mantan Camat Bola.
Di Ruteng-Manggarai, ada juga seorang pengusaha perhotelan, Stephanus Blasing.
Di Kupang-NTT ada Bpk. Drs. Kristo Blasin, mantan Wakil Ketua DPRD NTT yang kini masih menjadi anggota DPRD NTT dari PDIP. Selain itu di jajaran Sekda Provinsi NTT, ada Bpk. Drs. Tarsisius yang telah lama berkarier sebagai birokrat. Masih di Kupang juga ada Bpk. Drs. Egenius Eli, pensiunan birokrat Pemprov NTT yang juga pernah menjadi dosen di APDN Kupang. Juga ada dua ibu yaitu: Maria Regina, pegiat LSM, sehari-hari bekerja di PKBI NTT dan Pilo Lajar, bertugas di Dinkes NTT.
Di Bali, ada dua pendidik yang juga merupakan pasangan suami istri, Bpk. Sero & Ibu Agus Jaja. Mereka sudah lama berkarir sebagai pendidik. Ada juga seorang pria dari Desa Hale yang berprofesi sebagai pelukis.
Di Semarang, ada Ibu Sintha, asal Desa Hale yang berkarir sebagai PNS. Karir ini mulai dirintis sejak masih tinggal di Maumere-Flores-NTT. Setelah menikah dengan pria Semarang maka Ibu Sintha pun pindah dan berkarir di Semarang-Jawa Tengah.
Di Kendari, ada Bpk. Petrus, sebagai kontraktor yang sukses. Di Papua, ada Bpk. Gode Ese yang juga menduduki posisi penting di Bappeda, Kab. Mapi, Papua.
Di Jakarta dan sekitarnya ada advokat senior yang fokus pada perjuangan HAM, Paskalis Pieter, SH, MH. Selain itu ada Bpk. Ans Gregory da Iry, wartawan senior yang kini menjadi konsultan PR di sebuah perusahaan MNC, Pak Walfred Andrew, jurnalis Metro TV. Juga, ada seorang wanita, yang berprofesi sebagai Penulis di sebuah harian sore terbesar di Jakarta--Sinar Harapan yang concern terhadap Mapitara dan ingin mempromosikan potensi Mapitara kepada khalayak umum.
Di Serpong, Tangerang-Banten ada Pak Romanus Remigius, kini menjabat sebagai Kepala Sekolah SMP Katolik Tarsisius Vireta, Yayasan Bunda Hati Kudus-Tangerang yang merupakan sekolah Katolik favorit di kawasan Serpong-Tangerang.
Di Serang Banten, ada Bpk. M. Marsel da Iry, seorang pendidik senior di sekolah Katolik Mardi Yuana, Serang-Banten. Beliau pendidik sejati yang sudah lama mengabdi di lembaga pendidikan seperti SPG Baktiyarsa-Maumere, Flores-NTT. Beliau juga eks seminari (Exsim) dari sebuah seminari terkenal di Flores-NTT.
Hampir tidak ada warga Komunitas Mapitara ini berprofesi sebagai Satpam atau Sopir di daerah perantauan di Indonesia.
Yosef da Iry (Kiri) |
Asal kecamatan dari Komunitas Mapitara ini adalah Kecamatan Mapitara sebuah kecamatan yang telah diresmikan sebagai sebuah kecamatan tanggal 29 Juni 2007 lalu. Kecamatan ini dihuni sedikitnya 6.617 orang warga, dan 1.276 kepala keluarga (KK), yang tersebar di empat desa. Yakni Desa Hale, Desa Hebing, Desa Nata Koli dan Desa Egon Gahar. Camatnya adalah: Drs. Humerus Andreas.
Kecamatan ini memiliki potensi yang luar biasa, baik pariwisata (wisata alam, wisata budaya) maupun ekonomi. Jika Pemerintah Daerah Sikka-Flores-NTT menaruh perhatian maka bisa menjadi daerah tujuan wisata pula dengan pesona Gunung Egon. Ketinggian Gunung Egon 1.703 meter (5.587 kaki) yang memiliki sumber belerang. Konon, kandungan belerang ini terbesar di dunia. Juga terdapat Hutan Wisata dengan spesifikasi hutan dan berbagai jenis satwa.
Di bawah kaki gunung Egon tepatnya dekat Baokrenget terdapat pemandian air panas dengan suhu 50'-80'C.
Di Desa Egon Gahar, tepatnya di Baokrenget merupakan daerah penghasil sayur-sayuran segar seperti wortel, sawi, kentang dan lain-lain yang mampu men-suplai kebutuhan masyarakat di Kabupaten Sikka-Flores-NTT. Selain itu, juga merupakan desa penghasil kopi, kelapa, kakao, cengkeh, kemiri, kelapa. Namun sayang, akses menuju ke wilayah ini masih sulit.
Di Desa Natakoli merupakan desa penghasil komoditi perdagangan kelapa, jambu mente, kakao, kemiri, dan lain-lain. Di desa ini juga terdapat Tebing Alam Magemot dengan spesifikasi: tebing curam pada pinggir pantai yang letaknya berbatasan dengan wilayah Kecamatan Doreng.
Sementara di desa Hale dan Desa Hebing, dua desa ini merupakan penghasil komoditi seperti kakao, kemiri, kelapa, jambu menteh, dan lain-lain.
Di kampung Glak, kampung paling ujung Desa Hale, menurut informasi, di lokasi tersebut, perut buminya mengandung emas. Pemerintah setempat perlu bertindak lebih lanjut untuk memastikan kandungan tersebut.
Dari potensi yang dimiliki desa-desa tersebut, kini yang perlu mendapat perhatian serius Pemerintah Daerah Sikka-Flores adalah: Jalan, Komunikasi dan Informasi.
Akses menuju pusat kota bagi warga kecamatan Mapitara, melalui jalan darat bisa dilalui dari empat arah. Arah menuju Bola-Maumere, arah menuju Habibola-Ohe- Maumere. Arah menuju Lere-Baokrenget--Waigete-Maumere. Arah menuju Glak-Pruda-Maumere.
Sementara melalui jalur laut, dapat ditempuh dengan menggunakan motorboat dari arah Hale- Hebing menuju Bola. Melalui jalur laut ini kita akan menikmati keindahan tebing alam Magemot dan pantai pasir putih di Kecamatan Doreng. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 2,5 jam baik darat maupun laut.
Sementara jalan menuju Kecamatan Mapitara dari arah Waigete-Blidit-Lere-Hale-H
Saat ini Pemda Sikka memang sedang serius membangun Mapitara dalam sektor informasi, dan jalan raya yang merupakan akses penting untuk transportasi.
Selain itu Pemerintah juga sedang meninjau lokasi yang tepat untuk pembangunan gardu listrik guna menyuplai kebutuhan listrik di empat desa tersebut. Semoga keterisolasian ini segera berakhir dan Mapitara pun maju dan sejajar dengan kecamatan lainnya!
Bila Anda sengaja menuju lokasi-lokasi di Kecamatan Mapitara dengan berjalan kaki (waktu tempuh kurang lebih 4-5 jam) dari arah Waigete--Blidit- Mapitara atau Bola-Mapitara, maka Anda akan melewati hutan-hutan yang masih perawan dan dialiri sungai-sungai yang masih jernih seperti Waira'at, Wair Ga'hu (Air Panas), Napungete, dan masih banyak sungai-sungai lainnya. Konon, jika melintasi Wair Ga'hu, sebaiknya pantang untuk menyebut ikan dan sejenisnya yang berasal dari laut. Karena, diyakini bisa saja dengan tiba-tiba hujan, petir, akan datang.
Bila Anda sengaja menuju lokasi-lokasi di Kecamatan Mapitara dengan berjalan kaki (waktu tempuh kurang lebih 4-5 jam) dari arah Waigete--Blidit- Mapitara atau Bola-Mapitara, maka Anda akan melewati hutan-hutan yang masih perawan dan dialiri sungai-sungai yang masih jernih seperti Waira'at, Wair Ga'hu (Air Panas), Napungete, dan masih banyak sungai-sungai lainnya. Konon, jika melintasi Wair Ga'hu, sebaiknya pantang untuk menyebut ikan dan sejenisnya yang berasal dari laut. Karena, diyakini bisa saja dengan tiba-tiba hujan, petir, akan datang.
Semoga Komunitas Mapitara ini tumbuh, berkembang, dan terus memberi makna bagi sesamanya, di mana saja warga Mapitara tinggal. UHE DIEN DAN HADING[*]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar