Selasa, 09 Agustus 2011

Sejarah Gunung Egon

Ilin Mapitara
 Ada dua orang kakak beradik yang bernama Radja dan Kolung. Radja adalah seorang anak wanita semata wayang yang kawin dengan Sina (Menteri). Upacara adat yang dilakukan dibagi dalam dua bagian: 1). Untuk Kolung (anak laki-laki), agar dapat menjaga tempat upacara (mahe=menhir) mere serta kampung. 2). Untuk Radja yang dilakukan di gunung dengan bahar (emas) sehingga walaupun Radja adalah seorang anak wanita tapi diberi kuasa hingga turunan Nona ini yang bernama Migo.

Dalam setiap upacara untuk Gunung Egon selalu didahului dengan Du’a Mapi Giek Mo'an Tanah Gahar. Jika ada longsor mereka hanya melihat pada mas adat (yang berupa kaca). Segala aktifitas Gunung Egon dapat dilihat dalam emas adat tersebut. Apabila sudah memberikan tanda-tanda, maka harus dibuat upacara.

Sebelum Bapak Migo mati, ada pesan harus membuat upacara ke arah matahari timur laut karena di bagian tersebut terdapat retakan pada dinding kawah Gunung Egon. Pesan ini tidak diindahkan oleh keponakannya, sehingga karena kelalaiannya, peristiwa hari Kamis, 29 Januari 2004 terjadi. Upacara yang dimaksud adalah memberikan sesajen di gunung berupa emas, babi, beras, telur dengan maksud untuk minta perlindungan dari arwah penjaga gunung untuk memohon keselamatan dari bencana gunung meletus, banjir.

Sesajen berupa: mas, babi, beras merah, tuak, bibit untuk tanam. Untuk upacara di gunung dibagi sesuai dengan wilayah desa. Setiap desa (4 desa) mempunyai 1 mahe sebagai tempat upacara.

Mitos yang menjadi kepercayaan masyarakat setempat bila Gunung Egon akan meletus apabila sudah muncul ular berkepala tujuh dari gunung dan menampakkan wujudnya kepada penjaga gunung. Bila penjaga gunung melihat hal tersebut, maka beliau akan menyebarluaskan informasi itu kepada masyarakat untuk bersiap-siap karena Gunung Egon akan meletus.[*]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar