Sudah sekitar sebulan ini, Puskesmas Mapitara menerima kurang dari 10 pasien penderita Frambuasia. Awalnya ditemukan pada 1 keluarga di dusun Galit kecamatan Mapitara Kabupaten Sikka. Dalam keluarga tersebut semua anggota keluarga terserang penyakit ini.
Menurut ibu Bertina Viktoria, S.Km yang bertugas sebagai penyuluh kesehatan di wilayah Mapitara, diperkirakan masih sangat banyak penderita penyakit ini, yang umumnya tersebar di pelosok kecamatan Mapitara. “Penyakit ini disebabkan oleh kurang sadarnya masyarakat tentang kebiasaan hidup bersih dan sehat”, kata ibu Berty.
Lebih lanjut dikatakan ibu Berty, pada penderita yang datang berobat ke Puskesmas, yang telah terdeteksi menderita frambusia diberikan obat luar dan obat minum (antibiotik) oleh dokter karena persediaan benzatin penicillin belum ada di Puskemas Mapitara. Penderita penyakit ini, menurut situs resmi kementerian kesehatan RI, dapat diobati dengan 1 kali penyuntikan benzatin penicillin.
Frambusia termasuk penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat karena penyakit ini terkait dengan, sanitasi lingkungan yang buruk, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri, kurangnya fasilitas air bersih, lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang memadai, apalagi di daerah ini, pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini masih kurang karena ada anggapan salah bahwa penyakit ini merupakan hal biasa dialami karena sifatnya yang tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita.
Penyakit frambusia ditandai dengan munculnya lesi primer pada kulit berupa kutil (papiloma) pada muka dan anggota gerak, terutama kaki, lesi ini tidak sakit dan bertahan sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Lesi kemudian menyebar membentuk lesi yang khas berbentuk buah frambus (raspberry) dan terjadi ulkus (luka terbuka). Stadium lanjut dari penyakit ini berakhir dengan kerusakan kulit dan tulang di daerah yang terkena dan akan mengakibatkan disabilitas dimana sekitar 10-20 persen dari penderita yang tidak diobati akan cacat seumur hidup dan menimbulkan stigma social, yang tentunya akan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar