Rabu, 02 September 2009

Perempuan Kristiani Harus Cerdas dan Peduli Bangsa

[Majalah NARWASTU, Edisi Agustus No. 58/2008]

KAUM Perempuan harus cerdas dan mau ikut berpartisipasi membangun Indonesia. Kaum perempuan pun harus sadar politik, sehingga bisa mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah agar berpihak kepada masyarakat. Sekarang masyarakat kita mengalami banyak persoalan, seperti HIV/AIDS, bahaya narkoba, kemiskinan, pengangguran dan penyakit sosial, sehingga kaum perempuan Kristiani harus bisa memberikan kontribusi untuk mengatasi persoalan ini. Demikian diungkapkan Eugenia Farida Denura, S.Sos, M.M, kepada majalah NARWASTU Pembaruan belum lama ini.
 
Menurut wanita kelahiran Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), 1 September 1968 ini, kaum perempuan harus bangkit dan bisa mengaktualisasikan dirinya untuk membangun gereja, masyarakat, dan bangsa. Farida yang kini menjabat sebagai Ketua Pengurus Pusat Pemuda Katolik Bidang Pemberdayaan Perempuan dikenal sebagai wanita yang peduli pada permasalahan gereja dan masyarakat. Lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta dan Magister Manajemen Universitas Budi Luhur Jakarta, 2005 ini, pernah juga menjadi jurnalis di harian Media Indonesia dan Berita Yudha. Selain itu, ia pernah aktif menulis di media Kristiani, seperti di majalah HIDUP.

Salah satu peran Farida yang cukup menonjol di tengah gereja dan masyarakat adalah, saat ia aktif di Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ). Melalui Buletin Aktual FKKJ dan acara Suara Kedamaian Radio Pelita Kasih (RPK)96,30 FM, program acara yang dibuat FKKJ, ia bersama timnya giat menyuarakan perdamaian dan kerukunan pada masyarakat. Ketika terjadi perusakan dan pembakaran sejumlah gedung gereja di Tangerang, Bekasi, dan DKI Jakarta, ia proaktif menginvestigasi ke lapangan dan mewawancarai pihak-pihak yang ada di sana. Lalu, hasilnya dipublikasikan di Buletin Aktual FKKJ.

Saat audensi dengan Wapres RI, Hamzah Haz (kala itu) 



Berita yang dipublikasikan itulah yang kemudian membuat pemerintah melihat fakta yang terjadi di tengah masyarakat.”Dengan berita-berita yang kami dapatkan langsung dari lapangan, kami ingin menginformasikan kepada pemerintah dan masyarakat atas kejadian tersebut. Demikian juga saat terjadi penyerangan Doulos 1999, kami turun ke lapangan dan menginformasikannya. Kadang sampai malam kami datang ke sebuah tempat untuk mendapatkan informasi yang akurat. Tanpa pewartaan tersebut FKKJ tidak ada apa-apanya,” ujar Farida, yang pernah dipercaya sebagai Sekretaris Panitia Seminar Nasional Sumpah Pemuda yang diadakan Forum Komunikasi Pemuda Kristiani (FKPK) Jakarta.

Tak hanya di FKKJ, Farida pun giat berkampanye tentang bahaya HIV/AIDS dan narkoba pada masyarakat di daerah melalui Pemuda Katolik, pada 8 Maret 2008 lalu ia berbicara di Kabupaten Ende, NTT, tentang bahaya HIV/AIDS dan narkoba bersama Frans Lebu Raya (saat itu Wakil Gubernur NTT dan sekarang Gubernur NTT). Frans juga Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Indonesia di NTT. Saat itu, acara diskusi tersebut dihadiri sekitar 700 siswa dan mahasiswa, termasuk Bupati Ende.
Diskusi soal HIV AIDS & Kesehatan Reproduksi PP Pemberdayaan Perempuan PK bersama Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Dr. Surjadi Soeparman, MPH. Tampak dalam gambar Ilse Gobang dan staf lainnya dari kementerian PP tersebut
”Masyarakat di NTT perlu disadarkan akan penyakit-penyakit berbahaya, sehingga kita perlu menjelaskan ke mereka. Di NTT, saya pun melihat kaum perempuan perlu dibangun agar mereka lebih cerdas dan bisa mengaktualisasikan potensi dirinya. Saya melihat cukup banyak kaum intelektual perempuan NTT, tapi belum banyak yang terpanggil untuk berkarier di politik. Dan, saya mencatat ada dua perempuan NTT yang patut diteladani, karena pernah terjun ke dunia politik, yaitu Ibu Ika Sari Parera dan Ibu Marice da Silva,”ujarnya tentang perempuan di daerah kelahirannya.

Wujudkan Nilai-nilai Kristiani
Berbicara tentang partisipasi kaum perempuan di pemilu 2009, Farida yang dikenal concern pada isu-isu gender menuturkan, nantinya masyarakat harus betul-betul memilih wakil-wakil rakyat yang cerdas, punya integritas dan sudah terbukti secara riil berjuang untuk masyarakat.

”Partai-partai berbasis Kristiani kita harapkan jangan hanya menonjolkan simbol-simbol. Tapi, nilai-nilai Kristiani itu harus diwujudkan ketika berjuang. Berpihak kepada yang miskin, lemah, dan tertindas adalah nilai-nilai Kristiani. Partai-partai Kristiani kita harap agar militan dalam berjuang, dan pro pada rakyat seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu,”paparnya.

Sekadar tahu, Farida kini mulai dilirik sejumlah partai Kristiani dan partai nasionalis untuk menjadi calon legislatif (caleg). Tapi, hingga kini Head of Commercial Writer di Suara Pembaruan, belum memberi keputusan untuk memilih sebuah partai politik. Melalui FKKJ dan Pemuda Katolik, Farida memang sudah membuktikan dirinya sebagai wanita yang patut diperhitungkan. Saat Hamzah Haz menjabat sebagai Wakil Presiden RI, ia bersama teman-temannya di Pemuda Katolik pernah mempertanyakan soal penerapan Syariat Islam di sejumlah daerah. Juga, saat terjadi kerusuhan di Ambon, dan beberapa daerah di Indonesia Timur, mereka pernah mendiskusikan solusinya dengan Menkokesra (saat itu) Jusuf Kalla.

Farida yang dikenal piawai melobi tokoh-tokoh, berpendapat, media massa sangat penting perannya di Pemilu 2009 mendatang. ”Sehingga media massa harus terus mengekspose tokoh-tokoh yang layak di Pemilu 2009 mendatang agar rakyat tahu. Tokoh-tokoh muda gereja pun banyak yang pantas dipilih, karena nantinya mereka yang akan menggantikan tokoh-tokoh tua kita. Yang pasti tokoh-tokoh muda yang pantas kita pilih harus kreatif, suka dengan perubahan dan punya integritas,”ujar Farida yang pernah menjadi Tim Asistensi Badan Pekerja MPR-RI Fraksi PDIP saat berlangsung Sidang Umum MPR-RI pada 1999 lalu. MN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar