Minggu, 24 Oktober 2010

Proyek Rabat Beton Jangan Cari Untung

POS KUPANG/EUGENIUS MOA
Kondisi rabat beton di Desa Hale, Kecamatan Mapitara, 
Kabupaten Sikka, Minggu (17/10/2010).
Sabtu, 23 Oktober 2010 | 19:32 WITA

MAUMERE, POS KUPANG.Com -- Anggota DPRD NTT, Drs.Kristo Blasin menegaskan, kontraktor jangan hanya mencari keuntungan dalam proyek jalan rabat beton Hebing-Hale yang menelan dana Rp 7,6 miliar.

Menurut dia, alokasi anggaran  yang besar untuk pembangunan infrastruksur jalan  di  kampung kelahirannya sekitar Gunung Egon, Sikka itu seharusnya diimbangi dengan pengawasan teknis yang maksimal. Proyek jalan itu harus memberikan manfaat yang besar dan lama kepada warga masyarakat.

"Saya senang banyak dana untuk pembangunan beberapa ruas jalan di kampung saya. Tetapi apalah manfaatnya  kalau proyek yang dilaksanakan  tidak maksimal. Jalan rabat  beton dari Hebing ke Hale, salah satu contohnya, pengawasan teknis tidak maksimal, maka hasilnya diprotes masyarakat,"  kata Kristo,  didampingi rekanya anggota DPRD NTT, Ir.Oswaldus, M.Sc, kepada FloresStar saat mengunjungi  Desa Nenbura, Kecamatan Mapitara, Minggu (17/10/10).

Kunjungan kedua wakil rakyat NTT asal Kabupaten Sikka mengisi  tugasnya dalam masa reses.  Semestinya, kata dia, alokasi anggaran yang besar wajib diimbangi dengan pengawasan teknis yang maksimal agar proyek itu memberi manfaat  besar kepada rakyat di pedesaan.

Kristo mengakui pengerjaan jalan rabat beton  dari Hebing ke  Hale  sudah jadi masalah sejak tender. Proyek  pasca bencana alam ini waktunya sangat singkat, namun dipaksakan dikerjakan menjelang tutup tahun anggaran. Hasilnya dapat dilihat saat ini.

"Selesai pekerjaan, diributkan karena mutunya jelek," tandas anggota DPRD NTT dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan  (PDIP) ini.


Pastor Paroki Hale-Hebing, Rm John Bajo, Pr,   menegaskan proyek rabat beton yang dikerjakan itu tidak tepat sasaran. Ruas yang seharusnya dibangun dari Egon Gahar ke Galit, untuk mendukung evakuasi warga yang  bakal terkena dampak  letusan gunung  berapi (Gunung Egon).

"Kondisi  jalan yang ada saat ini, jika terjadi bencana letusan gunung Api Egon,  bakal kesulitan untuk evakuasi. Jalan  rusak dan tidak memungkinkan dilaksanakan evakuasi secara cepat. Saat ini jalur  lewat Galit ada batu sangat besar menghalangi jalan.  Sepeda  motor  yang mau lewat pun harus diangkat," kata Romo Joho usai pertemuan umat dengan  anggota DPRD NTT.

Romo  mengakui, kerusakan jalan rabat  beton  yang dikerjakan tahun 2009 itu sudah jadi bahan pembicaraan umatnya. Kondisinya sangat berbeda dengan jalan rabat beton dibangun kontraktor lain pada tahun-tahun sebelumnya yang masih bagus sampai kini. Umat hanya menduga kerusakan itu kemungkinan karena mutu pekerjaan yang buruk.

Romo John menyarankan pemerintah memprioritaskan  pembangunan jalan dari Galit ke Lere guna mengantisipasi kemungkinan letusan Gunung Egon.  Evakuasi penduduk akan  mudah dilaksanakan. "Kalau terjadi  bencana,  banyak  umat akan jadi korban. Evakuasi akan susah, wilayah yang ditempati warga sangat rawan kalau terjadi letusan," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya,  dugaan penyimpangan proyek pembangunan jalan rabat beton dari Hebing ke Hale sepanjang   7 kilometer yang  menghabiskan anggaran Rp 7,6 miliar  mungkin benar. Perbandingan pencampuran material beton  jauh dibawah standar teknis pekerjaan beton, 30 'buchet (excavator) pasir dicampur dengan 16 sak semen dan empat sampai lima sak batu kerikil atau batu pecah.

Hal itu diungkapkan anggota kelompok kerja warga Desa Hale, Kecamatan Mapitara, Sikka, Paskalis Moat Bego, Unipensius, dan Virginus Pendi kepada FloresStar, Minggu (17/10/2010) di Desa Hale, sekitar 75 km  arah timur Kota Maumere. (ius)

Dua Kali Dilewati Bis

PRIHATIN jika Anda menyaksikan ruas jalan rabat beton dari  dari  Kampung Hale ke Hebing  sepanjang tujuh kilometer.  Jalan rabat beton itu usianya belum genap setahun itu, tetapi kelikir seukuran  biji asam atau sejenisnya dan ukuran  yang lebih kecil dari itu tampak berhamburan di sepanjang ruas jalan. Hati-hati bagi pengguna jalan jika mengendarai sepeda motor. Sebab bisa tergenlicir kalau kurang hati-hati.

Anggaran negara  yang besar tak sebanding dengan kualitas proyek yang dinikmati masyarakat Kecamatan Mapitara. Apakah kerusakan itu karena  frekwensi kendaraan (mobil, sepeda motor) yang tinggi  melintasi di jalur jalan itu?

Ternyata tidak. Jalur satu-satunya  dari Hale menuju ke Kota Maumere sekitar 75 km ini cenderung sepi. Angkutan umum dilayani empat unit  bis kayu,  yakni Sutra Mas, Cemerlang, Kangen dan Bunga. Dalam sehari hanya dua kali dilewati bis kayu. Empat unit angkutan ini memobilisasi manusia dan barang dari Hale  ke Maumere dan sebaliknya.  Berangkat dari Kampung Hale di belakang Gunung Egong pada  pagi hari dan petang hari kembali dari Maumere ke Hale.

Angkutan lainnya, sepeda motor ojek maupun sepeda motor milik pribadi. Jumlahnya sekitar 20-an unit. Selebihnya beberapa ekor kuda milik  para petani melintasi ruas jalan rabat beton serta pejalan kaki.

Servasius da Rato (36) dan Sergius Sesar (35), warga Dusun Hebing, Kecamatan Mapitara mengeluhkan kerusakan ruas jalan rabat yang melintasi kampungnya. Ditemui   di Hebing, Servas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar