Pantai Doreng--Foto by: Fransisca Kandida Peha |
Mendung menggelayut di atas langit. Jejak-jejak tapak kaki membekas di atas pasir putih, seakan-akan memahat kehadiran www.inimaumere.com untuk pertama kalinya menyinggahi pantai berpasir putih, Pantai Doreng.
Eksotisme pantai berpasir putih ini ditawarkan secara cuma-cuma kepada kami. Kali ini, kami seakan-akan seperti Baginda Raja yang di hadiahi pantai berlaut bening yang sangat alamiah dan masih perawan. Deburan ombak pantai selatan terdengar seperti lantunan nada-nada romantis dan menghanyutkan perasaan. Kami ingin berlama-lama di sini, menjelajahi setiap halaman-halaman tubuhnya, menikmati setiap gemuruh dan desah ombaknya, merengkuh setiap lekuk-lekuk tubuhnya. Di sini pula kami ingin menikmati tawaran eksotisme perawan cantik yang belum terjamah laju aktifitas kehidupan moderen.
Pantai Doreng berada dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur. Pantai berpasir putih ini terletak di pantai selatan Kabupaten Sikka atau Pulau Flores (Kota Maumere terletak di pesisir pantai utara) dengan hamparan laut luas yang membentang di depannya, Laut Sawu. Nama Doreng sendiri dalam penuturan masyarakat setempat kepada kami berasal dari nama seorang perantau asal Flores Timur bernama Doren yang pernah mampir di kampung ini. Sedang versi lain mengatakan berasal dari bahasa setempat Doreng yang artinya menggantung. Ini berhubungan dengan cerita tentang sebuah salib besar yang pernah ditancapkan di Pantai Doreng. Salib itu kini telah tiada, konon salib Watu Cruz di Pantai Bola dulunya pernah ada di Pantai Doreng. Cerita ini masih berkaitan dengan keberadaan dua misionaris Katoilk asal Portugis jaman dulu yang kini makamnya telah diketemukan oleh masyarakat sekitar. Makam tersebut terletak berdekatan dengan Pantai Doreng.
Ada dua rute menuju Pantai Doreng. Pertama bisa melewati jalur atau rute Kewapante. Dari Kota Maumere, rute ini agak kejauhan. Rute kedua bisa melewati Desa Waipare. Rute Waipare berdekatan dengan Kota Maumere. Kedua rute yang berada di lintasan jalan raya menuju arah timur Kabupaten Sikka inilah yang mengawali perjalanan menuju Pantai Doreng. Kata orang, rute Waipare medannya lumayan lebih baik dari pada menggunakan rute Kewapante. Kami ingin membuktikannya dengan melewati kedua rute. Keberangkatan kami pertama kali akan melewati rute Kewapante, pulangnya melewati rute Waipare.
Setelah melewati medan yang terbukti lumayan berat akhirnya kami mendekati kawasan berpasir putih, Pantai Doreng. Dari sinilah mobil yang kami tumpangi bertambah oleng kiri-kanan dengan kecepatan yang sangat pelan, maklum ruas jalan yang kami lewati rusak berat.”Kami ingin pemerintah memperhatikan desa kami,kenapa jalan tak pernah diperbaiki?”, demikian penuturan seorang warga Doreng ketika kami melakukan tatap muka dengan warga Nen Bura di kantor desa setempat. Bapak Camat Doreng mengatakan bahwa untuk tahun anggaran ini rencana perbaikan jalan yang rusak telah masuk dalam agenda pemerintah. Ya, inilah akses menuju Pantai Doreng. Jika tak ada perhatian, niscaya Pantai Doreng cuma tinggal cerita karena akses menuju pantai indah ini membuat yang ingin berkunjung mengurungkan niatnya, kecuali ia memiliki ketabahan yang lumayan.
Paparan pantai indah langsung terlihat dari ketinggian. Dari sini kita bisa menikmati riak-riak gelombang dengan buih-buih ombaknya yang saling berebutan menuju bibir pantai. Perasaan lega memenuhi dada kami. Rasa bete dan capek dalam perjalanan terobati dengan kompensasi yang lumayan. Jika saja ada investor yang mau membangun tempat-tempat penginapan di ketinggian maupun di pesisir pantai dengan di dukung promosi dari pemerintah daerah, jelas akan banyak wisatawan yang akan berkunjung kesini. Langsung atau tidak kehidupan ekonomi masyarakat setempat akan terangkat. Yang penting adalah akses jalan yang rusak segera di perbaiki.
Memang disini tak ada sama sekali penginapan. Apalagi warung-warung makan. Singkat kata belum terjamah kehidupan moderen. Masyarakat desa masih mengandalkan hasil bumi perkebunan untuk menopang kehidupan mereka. Suasana alamiah sangat terasa ketika berada di kawasan ini. Kami tak bosan-bosan mengabadikan panorama alam Pantai Doreng ke dalam kamera kami. Selain kami tak ada satu pun pengunjung atau wisatawan yang berada di Pantai Doreng.
Panjang pantai berpasir putih ini sekitar 4 kilometer. Kedua ujung pantai ini memiliki hamparan pasir hitam alias pasir besi. Batu-batu hitam mengkilap terlihat di sekitar bagian bawah tebing. Sesekali ombak-ombak besar menghantam batu-batu ini, pecah berantakan dengan buihnya yang menjulang tinggi. Alamiah banget.
Lebar pantai berpasir putih sangat lumayan. Bahkan pasir putih ini melebar sampai ke pemukiman rumah warga dan jalan sekitar. Melihat kami datang beberapa anak kecil mendekati kami dengan senyum yang ramah. Sepanjang pemotretan mereka mendampingi kami dan tak sungkan-sungkan membantu kami ala kadarnya.
Di Desa Nen Bura (Pasir Putih) kita juga bisa membawa oleh-oleh sovenir cantik yang di buat oleh ibu-ibu. Souvenir dalam bentuk asbak, boneka-boneka kecil dan lain-lain dibuat dengan menggunakan siput atau kerang dan pasir besi yang di ambil dari Pantai Doreng. Kelihatan cantik dan bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Setelah berlama-lama di Pantai Doreng, kami mulai merasa capek luar biasa, Pak Camat yang mendampingi kami sepanjang pemotretan juga mengalami keadaan yang sama. Di bawah rindangan pepohonan pantai kami mengusir kepenatan dengan menjelajahi panorama pantai dengan sepasang mata indah yang kami miliki.
Ya, akhirnya kami pun beranjak meninggalkan Pantai Doreng. Mendung yang sedari tadi mengelayut di atas langit mengisyaratkan akan hadirnya sang hujan. Bergegas kami meninggalkan pantai berpasir putih ini. Kami berjanji akan hadir kembali dan akan menjelajahi kawasan Pantai Doreng, salah satunya kami akan menuju Gua Elang yang berdekatan dengan kawasan Pantai Doreng.[Sumber: www.inimaumere.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar