Senin, 09 Januari 2012

Selayang Pandang Paroki Renha Rosari Hale Hebing



Gereja Renha Rosari, berusia 50 tahun
Mendiang Bung Karno pernah berpidato dengan tema JASMERAH-Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah. Hal ini mengingatkan kita akan sejarah atau apa yang telah terjadi pada masa yang lampau. Untuk itu jangan pernah sekali-sekali kita meninggalkan masa lalu yang kaya akan kebenaran-kebenaran yang perlu kita pelajari, menelusuri tapak-tapak yang telah kita lalui agar kita dapat mengetahui serta memahami segala sepak terjang perjalanan hidup kita.
  • Sejarah Paroki
Sejak tahun 1920 wilayah Halehebing sudah mendapat pelayanan sakramen, merayakan ekaristi pada hari-hari raya Natal dan Paskah serta hari raya lainnya di Watublapi. Tahun 1927 Pater S. Beyer untuk pertama kali mengunjungi wilayah Halehebing. Sejak tahun 1927 sampai dengan tahun 1961 mendapat pelayanan secara bergilir dari pastor-pastor Serikat Sabda Allah (SVD) dari Watublapi. Wilayah Halehebing resmi berdiri sebagai Paroki yang dimekarkan dari Paroki Mater Boni Consili Watublapi pada tanggal 07 Oktober 1961 dengan pelindung Paroki Renha Rosari dan sebagai pastor paroki yang pertama adalah Pater Antonius Van Stiphout, SVD. Paroki ini pernah vakum, tidak ada pastor yang berkarya yakni tahun 1985 – 1987. Dari tahun 1987 – 1995 paroki Renha Rosari mendapat pelayanan secara bergantian dari Paroki Watubala. Mulai tahun 1995 sampai sekarang paroki ini mendapat pelayanan dari pastor-pastor yang tetap dan menenap di paroki.
  • Pastor-Pastor yang Pernah Berkarya di Paroki Renha Rosari Halehebing 

    Mei 1969 – 1985: Pater Hendrikus Adrianus Hermus, SVD (Pastor Paroki Kedua)
1927 : Pater S. Beyer, SVD
1928 – 1929 : Pater Chr. Lorcheid, SVD 
1929 – 1930 : Pater Gr. Schummakers, SVD 
1931 – 1960 : Dilayani secara bergantian oleh Pater Petrus Hooiveld, SVD;
Pater Brabander, SVD; Pater Yohanes Geitmann, SVD 
1961-April 1969 : Pater Antonius Van Stiphout (Pastor Paroki Pertama)
Mei 1969 – 1985: Pater Hendrikus Adrianus Hermus, SVD (Pastor Paroki   Kedua)
1985 – 1987 : Tidak ada pastor (1987 – 1995 dilayani secara bergantian oleh pastor-pastor yang berkarya di paroki Watubala)
1987 – 1989 : Pater Yoseph Lagaribu, SVD (Pastor Paroki Ketiga)
1989 – 1990 : Pater Elias Doni Seda, SVD dan Romo Antonius Marius Tangi, Pr
1990 : Romo Dominikus Balo, Pr dan Romo Yulius Avitus Sareng, Pr
1990 – 1991 : Romo Albinus Rupa, Pr
1991 – 1993 : Romo Aloysius Ndate, Pr
1993 – 1995 : Romo Aloysius Ndate, Pr dan Romo Arkadius Dhosa Ndo, Pr
1995 – 1999 : Romo Arkadius Dhosa Ndo, Pr (Pastor Paroki Keempat)
1999 – 2001 : Romo Stefanus Labuan, Pr (Pastor Paroki Kelima)
2001 – 2007 : Romo Hendrikus Sengga, Pr (Pastor Paroki Keenam)
2007 - Mei 2009 : Romo Laurensius Bate Laja, Pr (Pastor Paroki Ketujuh bersama Romo John Berchmans Bajo, Pr).
Mei 2009 – sekarang : Dilayani oleh Romo John Berchmans Bajo, Pr. Diangkat dan dilantik sebagai Pastor Paroki ketujuh pada tanggal 06 Maret 2011.
  • Keadaan Paroki
Batas Wilayah Paroki
Timur berbatasan dengan paroki Tanarawa
Barat berbatasan dengan paroki Kloangpopot
Utara berbatasan dengan paroki Watubala
Selatan berbatasan dengan Laut Sawu
Luas Wilayah : 116,02 Km2
Jumlah Umat : 9.189 jiwa
  • Keadaan Penduduk atau Umat
Hampir seluruhnya penduduk yang mendiami wilayah paroki Renha Rosari Halehebing beragama Katolik hanya beberapa orang saja yang karena perkawinan berasal dari Gereja Protestan dan Islam. Secara Gerejani paroki ini terdiri dari 5 Stasi, 17 Lingkungan dan 46 Komunitas Umat Basis. Dan secara kepemerintahan terdiri dari dua kecamatan yakni Kecamatan Mapitara empat Desa (Desa Natakoli, Desa Egon Gahar, Desa Hebing dan Desa Hale) dan Kecamatan Doreng 1 Desa (Desa Nenbura).
  • Struktur Pelayanan
Pelayanan selama ini dapat terjadi di Komunitas Umat Basis, Lingkungan dan stasi-stasi yang dilayani oleh satu tenaga pastor. Sampai saat ini pelayanan masih saja seputar pembinaan iman menyongsong penerimaan Sakramen seperti Baptis, Komuni Pertama, Krisma, Nikah dan pelayanan misa pada hari minggu serta permintaan sesuai kebutuhan umat. Pelaksanaan pelayanan pastoral dilakukan oleh imam dengan tim pastoral (fungsionaris pastoral di tingkat lingkungan dan Stasi). 

Sejak Juni 2009 sampai saat ini, kalau tidak ada halangan pelayanan misa hari minggu di laksanakan pada empat tempat : Misa Sabtu Sore dan Misa hari Minggu tiga kali (Pagi, siang dan sore).
  • Mitra Pastoral
Sampai saat ini belum ada mitra pastoral dari biara-biara tertentu yang tinggal menentap di Halehebing. Hanya menjelang Natal atau Paskah ada frater atau biarawan-biarawati dari Maumere datang untuk melayani (asistensi) misalnya Para Frater dari Ritapiret, Komunitas Candradytia, Para Suster SSpS, Para Suster Kanak-Kanak Yesus, Para Suster Hamba-Hmaba Kecil Kristus Raja.
  • Persekolahan 
    Salah satu SD di Kecamatan Mapitara

    Ada ada 13 Sekolah Dasar yakni SD Inpres Hebar, SDK Doreng, SD Hepang, SD Umatawu, SDK Natakoli, SDK Lere, SD Baokrenget, SD Inpres Galit, SD Inpres Hebing, SDK Watubaler, SDK Hale, SD Inpres Hale dan SD Inpres Glak. Ada juga Sekolah Menengah Pertama yakni : SMP Satu Atap Hebar, SMP PGRI Lero Hae Hebing ( akan dibangun lagi SMP Satu Atap Glak dan SMP Negri 1 Mapitara di Natakoli).
  • Tanggapan Umat
Animo umat dalam menerima pelayanan sakramen dan kegiatan di lingkungsn dan KUB masih sangat rendah. Pertumbuhan atau perkembangan iman agak lamban, namun Tuhan dengan caranya tetap menyentuh hati setiap pemuda dan anak-anak yang mau mengikuti panggilan Tuhan untuk menjadi imam maupun biarawan-biarawati:
Biarawan-Biarawati asal Mapitara
Imam: 2 orang
Suster: 10 orang
Calon Suster: 6 orang
Frater BHK: 1 orang
Seminarist: 7 orang
Frater: 3 orang
  • Masalah Hidup
Dalam perencanaan kegiatan pastoral banyak fungsionaris pastorsal tidak banyak yang terlibat.

Transisi para pastor
  • Kurangnya dukungan dan partisipasi dari orang-orang yang berpengaruh dalam masyarakat atau di tengah umat.
  • Orang Muda Katolik hidup enggan mati tak mau dalam kegiatan-kegiatan rohani.
  • Kemandirian hidup menggereja masih sangat kurang
  • Kurang adanya persaudaraan dan kerja sama yang baik di antara umat
  • Banyak orang tua menunda anak usia sambut baru karena kepentingan adat(belis)
  • Budaya pesta kematian yang masih melekat erat dengan umat setempat (Biayanya sangat besar dan pemborosan)
  • Belis yang masih membelenggu sekian banyak pasangan suami-istri yang belum menikah sah secara sakramental.
  • Kehidupan ekonomi yang pas-pasan saja.
  • Belum ada kerja sama dalam membiaya anak sekolah di jenjang perguruan tinggi
Menginginkan adanya dinamika atau perubahan perspektif dan komitmen dalam rangka Memetakan masalah yang dihadapi di Paroki, Menganalisis secara kritis akar masalah, Menyegarkan dan mengembangkan wawasan berparoki, Merencanakan tindakan pastoral bersama Dewan Pastoral Paroki dan Terlibat secara aktip dalam karya pastoral 

Yang dicita-citakan
  • Adanya perubahan sistem berparoki
  • Terwujudnya komunitas Umat Basis (KUB) sebagai komunitas iman, harap, kasih yang hidup dari Sabda dan sakramen, mandiri, integratif, partisipatip dan transformatif.
  • Perubahan yang akan terjadi lima atau sepuluh tahun ke depan
  • Adanya persekutuan dengan model komunitas trinitaris, mencontohi cara hidup Gereja perdana.
  • Meningkatnya penghayatan Sabda
  • Meningkatnya penghayatan sakramen-sakramen
  • Terciptanya kemandirian dalam bidang personal, finansial, dan spiritual
  • Adanya keseimbangan antara ibadah dan perjuangan kemasyarakatan
  • Peran serta dalam pelaksanaan tritugas kristus: mewartakan, menguduskan, dan menggembalakan
  • Merintis dan memprakarsai perobahan-perubahan (diri, kondisi kehidupan & lingkungan hidup) menuju habitus baru.
Yang diharapkan tidak berubah adalah keberpihakan, komitmen serta konsisten mengusahakan perubahan secara teratur dan memperbaiki kualitas hidup. 


RD John Berchmans Bajo
Pastor Kepala

5 komentar:

  1. Maju terus Halehebing-Mapitaraku. Betapapun telah menginjak usia emas. Namun kita masih harus dan terus menerus diuji dalam ziarah dan kerja sama semua pihak, pemerintah dan gereja, tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama. Karena untuk menjadi murni, emas harus diuji di dalam tanur api. Betapa tidak, tantangan pasti selalu saja ada, namun kalau kita bersatu hati dan tekad, dan diinspirasi oleh Roh Kudus; yang mempersatukan, yang memberi semangat, kita pasti bisa menggapai apa yang selalu didengungkan: mencapa masyarakat dan umat yang semakin mandiri dalam iman, finanzial dan personalita. Dengan demikian cita-cita pembebasan bukan lagi sebuah fatamorgana, melainkan akan menjadi sebuah relaita yang yang pantas kita alami. Salve dari Roma. Rm. Lorens

    BalasHapus
  2. Salam hangat untuk umat paroki Halehebing dari kami sekeluarga Alm. Bapak Mathias Meko da Iry. Menginjak usia 50 tahun berarti menginjak usia emas, usia puncak perkembangan hidup. Ketika masih frater, saya sering berkunjung ke halehebing dan merayakan ibadat tanpa imam bila pastor parokinya berhalangan hadir. Kini sebagai awam, saya tetap menaruh perhatian khusus bagi paroki ini, bukan karena saya memang putera Pedat/Halehebing kelahiran Belu, NTT, namun bagi saya Halehebing ada di tempat khusus dalam hati saya. Saya berharap semakin banyak umat beriman yang bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga PT dan dengan demikian dapat menjadi aset bagi pertumbuhan ekonomi bagi kawasan paroki Halehebing. Saat ini, saya sementara mengumpulkan bahan baik berupa wawancara mapun sumber tertulis tentang asal Muasal Suku da Iry Halehebing. Dan karena itu, saya sering bolak-balik untuk cross chek data lapangan. Saya dengan bahwa di desa Hale telah ditemukan 2 artefak purba yang sekarang disimpan di Museum Bikon Blewut maumere. Kalau masyarakat menemukan benda purbakala, jangan cepat-cepat menjualnya ke pihak asing, nanti bisa berbahaya bagi data arkeologis kita di Halehebing. Salam hangat semuanya, semoga Allah Trintunggal Mahakudus dan St. Maria Bunda Allah tetap memberkati kita, Salam, Blasius Mengkaka, S.Fil

    BalasHapus
  3. Hatiku tetpaut padamu Hale Hebing...
    Setelah ku melangkah jauh ku semakin tekenang kehidupan masa laluku yang membawaku kepada keadaanku yang sekarang
    Aku ingin kembali dengan cara lain tapi kadang aku merasa mimpi-mimpiku tak sampai ke harapan yang melambung tinggi
    Kiranya Dia yang akan merestui setiap mimpi mimpi itu mrnjadi sebuah kenyataan

    BalasHapus
  4. PRAKSEDES GUSTANDA OSU

    Istilah"kristiani" yg berarti pengikut Kristus pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari utusan.Yesus telah mengutus para rasul sebagai pewarta. Mereka menjalankan tugas denga baik sebagai pewarta.
    Setelah para radul,tugas perutusan Allah bukan hanya uskup..imam...diakon...biarawan dan biarawati tetapi semua orang Kristiani. Inilah tanggung jawab Kristiani sebagai pewaris ke generasi yang akan datang...Mari kita bersaksi tentang iman kita...sebab oada zaman ini banyak orang berbicara tentang Tuhan tapi justru tidak bicara dengan Tuhan..

    BalasHapus