Di kecamatan ini terdapat beragam ritual budaya yang masih dilestarikan. Di antaranya adalah ritual budaya bernama: PIRE TANA. Lokasi ritual ini biasanya dilakukan di Watugete- Desa Hale (Mahe Natar-Mage). Waktu pelaksanaannya 5 (lima) tahun sekali tergantung hama/penyakit tanaman terjadi. Sesajen/ penyembelihan hewan kurban berupa kambing/babi pada hari pembukaan dan dilanjutkan dengan tidak melakukan kegiatan kerja selama 5 (lima) hari. Ritual PIRE TANAH (Pantang Bekerja) dijalankan masyarakat kecamatan Mapitara yang meliputi wilayah Desa Natakoli, Desa Egon Gahar, Desa Hebing dan Desa Hale.
Tradisi ritual budaya lainnya yang tak kalah menarik adalah TOGO PARE. Tradisi ini berlangsung jika salah seorang warga berkelimpahan panen padi ladang. Dulu, tradisi ini biasa dan berulangkali dilakukan oleh Tana Puan Mo'at Toni baik di Wisa Detut, Desa Hebing atau di lokasi ladang lainnya yang terletak di Desa Natakoli. Mo'at Toni (kini sudah almarhum) merupakan Tuan Tanah di Desa Hebing yang memiliki ribuan hektar tanah. Kini, beberapa hektar tanahnya di Wisa Detut (dataran Wisa) melalui anaknya Mo'at Sosi, dipersembahkan ke Pemerintahan Kecamatan Mapitara dan saat ini sedang dibangun sebuah Klinik Kesehatan berkapasitas 20 kamar.
Selain ritual budaya tersebut, juga terdapat tradisi tarian daerah yang dinamakan LEDEK (tarian sebelum perang) yang hingga saat ini masih dilestarikan. Saat digelar, biasanya para pria akan ka'he (berteriak dengan bahasa adat setempat) menandakan mereka siap dan berani dengan peralatan perang untuk menyerbu musuh.
Di Desa Hebing, tepatnya dekat lokasi rumah keluarga Tanah Pu'an Badar, terdapat Menhir dan Pepunden Berundak--tempat untuk ritual adat dan sesajen. Di situ juga terdapat kuburan beberapa leluhur yang merupakan tokoh perintis kampung Hebing. Mereka adalah Tanah Pu'an Badar, Mo'at Gege, dan Mo'at Pipak, pendatang dari kampung Sikka, Mage Gege yang memilih menetap dan menguasai kampung Hebing. Keturunannya adalah almarhum Mo'at Darius Jarang, salah satu tokoh masyarakat yang memperkenalkan agama Katolik di Hale Hebing serta mempersembahkan tanah miliknya untuk dibangun Gereja Renha Rosario Hale Hebing. Almarhum Mo'at Darius ini dikenal sebagai Penolong (istilah untuk Penyebar Agama Katolik/Katekis). Keturunan dari almarhum Mo'at Darius: almarhum Mo'at Andreas Leo (Kapitan Leo), pernah memimpin Gemeente Doreng (Gemeente yang menguasai wilayah Kecamatan Doreng, Maget Legar, dan Kloangpopot serta wilayah kecamatan Mapitara) kala itu. Beliau juga termasuk salah satu penggagas berdirinya SMP PGRI Lero Ha'e Hale Hebing yang kala itu diresmikan Bupati Sikka, Drs. Daniel Woda Pale. SMP ini telah melahirkan lulusan-lulusan terbaik yang telah menyandang gelar sarjana maupun menjadi biarawan dan biarawati. Sebut saja mereka adalah: Sr. Gustanda Praksedes Iry, OSU, Rm. Yos Anting, Pr (baru ditabhis Juni lalu dan kini berkarya di Keuskupan Pangkalpinang), Pak Romanus Remigius.(**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar